Tata Cara Sholat Idul Fitri

Tata Cara Sholat Idul Fitri

Tata Cara Sholat Idul Fitri

Idul Fitri terdiri dari dua rakat (unit sholat) dengan enam Takbir (mengucapkan kata “Allahu akbar”, yang berarti Tuhan Yang Maha Besar) dalam jemaah umat Islam. Ini diikuti dengan Khutba (khotbah) Idul Fitri. Berikut tata cara sholat Idul Fitri:

1. Mulai dengan niat Sholat Idul Fitri

Sebelum sholat Idul Fitri, kita harus membaca niat. Lafaz niat sholat Idul Fitri sebagai makmum adalah:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى
Usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa
Artinya: Saya niat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat sebagai makmum karena Allah Taala.

Sedangkan jika jadi imam, lafaz niat sholat Idul Fitri sebagai berikut:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى
Usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa
Artinya: Saya niat sholat sunah Idul Fitri dua rekaat sebagai imam karena Allah Taala.

2. Ikuti Imam dengan mengangkat kedua tangan ke telinga dan mengucapkan “Allahu Akbar”. Ini adalah Takbir pertama yang masuk ke dalam Shalat.

3. Kemudian lipat tangan Anda di depan dan ucapkan ‘Sanaa’, doa pembuka yang juga diucapkan dalam shalat lima waktu (“Subhaana kallahumma wa bihamdika, wa tabara kasmuka wa ta’ala jadduka, la ilaha ghayruk)

4. Kemudian ucapkan “Allahu Akbar” tiga kali, mengikuti Imam, setiap kali mengangkat kedua tangan ke telinga dan menjatuhkannya ke samping. Setelah setiap Takbir akan ada sedikit jeda di mana “Subhan Allah” (Puji bagi Tuhan) dapat diucapkan tiga kali.

5. Setelah Takbir ketiga, tangan harus dilipat dan jamaah mendengarkan Imam membaca Surah al-Fatiha, diikuti dengan Surah lainnya.

6. Kemudian, mengikuti Imam, melakukan ruku (membungkuk ke depan dan meletakkan tangan di atas lutut).
Kemudian sujud seperti biasa setelah Takbir Imam Anda.

7. Dalam Rakat kedua, Imam pertama-tama membaca Surah al-Fatiha, diikuti oleh Surah lainnya. Kemudian, dia akan mengucapkan tiga Takbir setelah ini. Di ketiga Takbir, tangan tidak akan dilipat, tetapi dijatuhkan setelah setiap Takbir

8. Lalu pergi ke Ruku tepat setelah Takbir keempat

9. Selesaikan sisa doa seperti biasanya Anda menyelesaikan doa dua rakat.

10. Dengarkan Khutbah setelah Shalat Idul Fitri. Ini hukumnya wajib.

Ibadah dan tradisi pada Idulfitri

Pada tanggal 1 Syawal, mulai berakhirnya puasa pada bulan Ramadan, kemudian merayakan Idulfitri. Awal pagi hari selalu dilaksanakan salat Idulfitri (salat Id), disunnahkan melaksanakan salat Id di tanah lapang atau bahkan jalan raya (terutama di kota besar). Sebelum salat Id dilakukan, imam mengingatkan siapa yang belum membayar zakat fitrah, sebab kalau selesai salat Idulfitri, baru membayar zakatnya hukumnya sedekah biasa bukan zakat. Adapun hukum dari salat Idulfitri ini adalah sunah muakad. Pada malam sebelum dan sesudah hari raya, umat muslim disunahkan mengumandangkan takbir. Adapun kalimat takbir adalah sebagai berikut:

Arab Latin Terjemahan
الله أكبر الله أكبر الله أكبرAllahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbarAllah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar
لا إله إلا اللهla ilaha illa AllahTidak ada Tuhan selain Allah
الله أكبر الله أكبرAllahu akbar, Allahu akbarAllah Maha Besar, Allah Maha Besar
ولله الحمدwa li-illahi al-ḥamdSegala puji hanya bagi Allah

Takbir mulai dikumandangkan setelah bulan Syawal dimulai. Selain menunaikan salat sunah Idulfitri, kaum muslimin juga harus membayar zakat fitrah sebanyak 2,5 kilogram bahan pangan pokok. Tujuan dari zakat fitrah sendiri adalah untuk memberi kebahagiaan pada kaum fakir miskin. Kemudian, khotbah diberikan setelah salat Idulfitri berlangsung, dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu, kaum muslimin di Indonesia memiliki tradisi saling bermaaf-maafan, terkadang beberapa orang akan berziarah mengunjungi kuburan.

Doa atau ucapan pada Idulfitri
Di Indonesia sering mengucapkan doa Minal ‘Aidin wal-Faizin, sebenarnya itu adalah tradisi masyarakat Asia Tenggara. Menurut sebagian besar ulama ucapan tersebut ditidaklah berdasar dari ucapan dari Nabi Muhammad saw. Perkataan ini mulanya berasal dari seorang pensyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengisahkan dendang wanita pada hari raya.

Adapun ucapan yang disunahkan olehnya adalah Taqabbalallahu minna wa minkum (“Semoga Allah menerima amal kami dan kalian”) atau Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik (“Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu” dan semisalnya.”) dan semisalnya.

Sumber bacaan: Cleverly Smart, PinterPandai, Islamic Fiqh, MyBayut
​Sumber foto: Wikimedia Commons

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *